Sunday, January 24, 2016

WPL’s Green Class




Perhatian terhadap lingkungan, terutama sampah, semakin besar. Warga masyarakat seolah-olah berlomba berkontribusi terhadap lingkungan dengan meningkatkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.
Menyambut semakin besarnya antusiasme warga terhadap pengelolaan sampah secara kreatif dan produktif, Komunitas WPL menyelenggarakan WPL’s Green Class. WPL’s Green Class memberi kesempatan kepada warga untuk bersama-sama berdiskusi dan praktek menangani sampah dengan cara yang menyenangkan. Dari interaksi ini, diharapkan motivasi para peserta untuk memilah sampah dari sumber dan membangun program di lingkungannya masing-masing akan semakin besar.

Banyak hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk berkontribusi terhadap lingkungan. Dimulai dengan merubah perilaku dan gaya hidup kita. Mengurangi penggunaan kemasan plastik dalam setiap aktivitas kita. Memilah sampah organik, non organik dan residu dari setiap aktivitas kita. Memanfaatkan sampah-sampah terpilah sebagai bahan baku. Mengembangkan program yang bermanfaat bagi lingkungan. Semua dapat dilakukan secara kolektif di lingkungan tempat tinggal, sekolah maupun tempat kerja kita.

Semangat memilah sampah dapat dibangun dengan mengetahui jenis-jenis sampah, dampak sampah yang tidak tertangani dengan baik terhadap alam dan cara praktis memanfaatkan sampah kita secara mandiri. Karena setiap orang menghasilkan sampah, maka sudah sepatutnya jika masing-masing kita bertanggung jawab terhadap sampah yang kita hasilkan. Mengelola sampah skala lingkungan akan memberi semangat lebih bagi kita. Di samping nilai pengurangan volume sampah yang signifikan, aspek pendidikan, sosial dan ekonomi dari pengelolaan sampah juga dapat dikembangkan.

Semakin banyak teman berdiskusi, akan semakin menambah ide dan pengalaman yang bisa kita serap. Di antara berbagai ide dan pengalaman yang terserap, dapat dipilih model pendekatan yang sesuai untuk diterapkan di lingkungan kita.

WPL’s Green Class diselenggarakan sebagai ajang diskusi dan berbagi pengalaman. Perjalanan yang telah dirintis oleh penggerak Bank Sampah WPL di Kampung Pitara, Pancoran Mas, Depok, mungkin dapat bermanfaat untuk diterapkan di tempat lain. WPL’s Green Class merupakan program anyar Bank Sampah WPL di tahun 2016 ini. Pelaksanaan perdana dapat diikuti pada hari Sabtu, 30 Januari 2016 pukul 9.00 – 13.00 WIB di Teras Edukasi WPL yang beralamay di Jl. Mahakam no. 96. Kampung Pitara RT 01 RW 13, Pancoran Mas, Kota Depok.

WPL’s Green Class dapat diikuti oleh semua warga masyarakat yang memiliki perhatian besar dan ingin berkontribusi nyata terhadap lingkungan dengan menangani sampah secara kreatif dan produktif.

BN (HP/WA 081294742033)

Thursday, November 26, 2015

Garbagepreneurship di Kuliah Manajemen Proyek Industri, Departemen Teknik Industri FTUI








Selasa 24 November 2015, Bank Sampah WPL mendapat kesempatan menjadi dosen tamu pada Kuliah Manajemen Proyek Industri di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Sampah adalah akhir sebuah proses sepanjang kehidupan manusia. Selama ada kehidupan, selama itu pula masalah sampah akan terus terjadi. Beberapa perubahan masalah sampah terjadi karena perkembangan teknologi. Teknologi pada dasarnya dikembangkan untuk mempermudah kehidupan manusia. Namun sekian banyak dampak sampah hasil kemajuan teknologi tersebut belum diikuti dengan kesadaran komprehensif para pengguna teknologi tersebut.
Sekilas, Garbagepreneurship tidak berkaitan dengan mata kuliah Manajemen Proyek Industri. Sampah yang dibahas dalam Undang Undang no. 18 tahun 2008 adalah sampah yang merupakan benda padat sisa kegiatan manusia. Secara umum sampah tersebut meliputi sisa masakan dan makanan serta bekas kemasan yang digunakan dalam kehidupan manusia.
Jika indeks timbulan sampah 0,6 kg/orang/hari, maka penanganan sampah di sebuah kota selayaknya dilakukan dengan pendekatan ilmiah. Dimulai dari gerakan merubah cara pandang terhadap sampah, merubah perilaku memilah sampah dari sumber, transportasi serta jalur recycle, pengolahan hingga pemanfaatan produk yang dihasilkan oleh sistem.
Mengatasi masalah sampah adalah tantangan untuk merubah perilaku manusia. Sebagai subyek penghasil sampah, manusia adalah penanggung jawab penuh masalah persampahan di setiap tempat.
Perencanaan siklus manfaat sampah di sebuah wilayah akan jauh bermanfaat jika melibatkan potensi lokal warga masyarakat dan lingkungan di wilayah tersebut. Perubahan perilaku akan mudah tercapai jika manfaat perubahan dapat dirasakan dan dilihat secara langsung dan sederhana.
Pembangunan infrastruktur jalur recycle dan upcycle disesuaikan dengan local wisdom dan potensi lokal setempat. Dengan demikian, masyarakat akan merasa bangga menjadi bagian dari perubahan mindset dan perilaku.
Penerapan siklus manfaat sampah dilakukan dengan pendekatan social entrepreneur. Masalah sosial di lingkungan yang disebabkan oleh sampah diselesaikan dengan pendekatan kewirausahaan. Manusia sebagai agen perubahan. Sampah sebagai media perubahan. Maka sangat penting bagi kita untuk membangun berbagai alternatif program siklus manfaat yang dapat melibatkan berbagai lapisan masyarakat.
Berbagai program lingkungan dapat dibangun untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya memberikan kemampuan desain produk kepada para pengrajin yang terampil menggunakan material sampah sebagai bahan baku. Atau kemasan program  bagi para penggerak inovasi sosial untuk meningkatkan kelayakjualan program mereka.
Semakin banyak cabang ilmu berkolaborasi membangun siklus manfaat untuk merubah mindset & perilaku masyarakat, akan semakin cepat proses pengurangan volume sampah dan pemanfaatan sampah secara kreatif akan terwujud. Terlebih lagi jika kolaborasi ini digerakkan oleh anak-anak muda yang memiliki energi perubahan yang besar. Bayangkan jika semua mahasiswa berbagai kampus bergerak membangun perilaku kreatif memanfaatkan sampah. Pasti akan memberikan memberikan dampak dan efek rambatan yang besar, sehingga cita-cita menjadikan Indonesia Bebas Sampah bisa segera terwujud.... Semoga...

Baron Noorwendo, Founder Bank Sampah WPL, HP/WA 081294742033

Monday, November 23, 2015

Garbagepreneurship: Workshop Sekolah Adiwiyata kepada 150 Sekolah Negeri di Kota Serang, Banten


Kamis, 12 November 2015. Bertempat di Gedung Serba Guna Wanda Galuh, Kota Serang, atas undangan Dinas Pendidikan Kota Serang, tim Bank Sampah WPL dipercaya untuk memberikan Workshop tentang pengelolaan sampah di lingkungan sekolah untuk memenuhi kriteria Sekolah Adiwiyata. Hadir dalam acara tersebut  150 orang kepala sekolah dan pengelelola sarana prasarana sekolan negeri  se Kota Serang.
Tantangan penerapan kriteria Sekolah Adiwiyata adalah membuat program yang berkelanjutan di setiap sekolah. Keberlanjutan sebuah program didasari oleh pemahaman dan kesadaran para penggerak dan pelakunya.







Dalam kesempatan pelatihan ini tim Bank Sampah WPL yang terdiri dari bapak Baron Noorwendo, ibu Sri Wulan Wibiyanti, ibu Halimah dan ibu Susinarsih menyiapkan empat sesi komprehensif yang bertujuan merubah pola pikir ‘sampah’ menjadi ‘bahan baku’.
Sesi pertama dan kedua menjadi sesi terpenting karena ‘membongkar’ pemahaman dan cara pandang terhadap sampah.
1.       Sampah adalah akhir sebuah proses yang diputar oleh kehidupan manusia. Sepanjang proses tersebut, material sampah telah menggunakan potensi sumber daya alam, energi, air dan biaya yang sangat besar.
2.       Sampah yang merupakan bagian hidup kita menyimpan potensi buruk terhadap lingkungan jika tidak ditangani dengan benar, sebaliknya memiliki potensi baik jika ditangani dengan benar.
3.       Pengetahuan tentang proses pembuatan dan material plastik dapat membangun perilaku berhati-hati dalam membeli produk plastik terutama yang layak digunakan sebagai wadah makanan dan minuman.
4.       Untuk mengoptimalkan potensi baik, kita perlu membangun program lingkungan yang dapat melibatkan potensi masyarakat untuk memanfaatkan sampah terpilah secara kreatif dan produktif.
5.       100% sampah organik bisa dimanfaatkan. Terdapat berbagai pilihan metode pemanfaatan sampah yang bisa dipilih sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Dalam kesempatan ini, kami memperkenalkan komposter metode Osaki yang menggunakan alat dan bahan yang tersedia di sekitar kita dan murah.
6.       80%  jenis sampah non organik dapat dimanfaatkan secara recycle dan upcycle.
7.       Salah satu bentuk pemanfaatan sampah secara kreatif dan produktif adalah dengan menjadikan pengelolaan sampah sebagai salah satu sarana pembelajaran di Sekolah Adiwiyata.
Para peserta tertarik dengan uraian tentang perubahan perilaku memilah sampah sejak  dari sumbernya setelah mendapat ilustrasi dampak negatif dari sampah yang tercampur. Biaya penanangan sampah yang sudah tercampur akan lebih besar. Kualitas produk komposting sampah organik yang tercampur tidak akan sebaik yang terpilah. Di samping itu, proses recycle dan upcycle non organik juga akan lebih sulit dilakukan jika sudah tercampur dengan sampah organik.
Sampah plastik yang terbentuk dari senyawa kimia polimer dapat bereaksi dengan air, tanah dan udara. Dampak negatif reaksi kimia plastik dengan alam dapat dicegah dengan memasukkan plastik ke jalur recyclenya. Rute recycle plastik dapat diketahui dari recycling code yang tertera pada setiap produk plastik yang memenuhi standar.
Pada sesi ke 3 dan 4, kami memberikan pelatihan keterampilan dasar menganyam plastik bekas kemasan kopi menjadi produk yang bermanfaat. Melalui pelatihan keterampilan ini, para peserta mendapatkan pengalaman langsung memanfaatkan sampah plastik bekas kemasan kopi secara kreatif.
Kami berharap upaya sosialisasi pemanfaatan sampah di Sekolah Adiwiyata tidak berhenti sampai di sini. Semoga informasi ini juga dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca blog ini, agar kualitas pendidikan dan anak didik kita semakin baik di masa depan.

Baron Noorwendo, Founder & Trainer Bank Sampah WPL. HP/WA 081294742033.
Keywords:
Sekolah Adiwiyata, Kota Serang, dinas pendidikan, pilah sampah dari sumber, recycling code, garbagepreneurship, reaksi kimia plastik dengan alam.

Saturday, November 21, 2015

WPL Menyelenggarakan FREAK Donor Darah 2015 (Late Post)


Komunitas WPL merupakan lembaga yang menaungi Bank Sampah WPL, memiliki empat program utama, yaitu Garbagepreneurship, kuliner, pendidikan dan FREAK.FREAK adalah event bersama komunitas yang digelar dalam rangka membangun kolaborasi antar komunitas seni, hobi dan ilmiah.
Setelah sukses menyelenggarakan FREAK Depok di bulan Ramadhan 2014 dan 2015, di luar bulan Ramadhan, digelar Forum Kreatif Bersama Komunitas dengan agenda utama kegiatan donor darah. Program ini diberi nama FREAK Donor Darah.
Bertempat di Taman Lembah Gurame, tanggal 25 Oktober 2015, FREAK Donor Darah digelar. Berkaitan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, FREAK Donor Darah mengangkat tema ‘Tuangkan Darah Mudamu Bagi Sesama’.
FREAK Donor Darah bertujuan membangun solidaritas komunitas anak muda untuk berbagi kepada sesama anak bangsa yang memerlukan transfusi darah. 









Dengan arahan PMI Kota Depok, Musholla Taman Lembah Gurame disulap menjadi tempat yang layak untuk melaksanakan kegiatan donor darah. Sebanyak 110 orang tercatat mendaftarkan diri untuk mendonorkan darah. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, ternyata hanya 59 orang yang memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya. Setiap calon pendonor harus memenuhi persyaratan antara lain, usia di atas 17 tahun, memiliki HB yang normal, tidak dalam kondisi sakit atau pernah menyandang penyakit berat, bagi calon pendonor wanita tidak dalam keadaan haid dan beberapa syarat lainnya.
Selama proses donor darah berlangsung, di arena tenda juga diadakan edukasi dan showcase komunitas.
Edukasi meliputiL
1.       Edukasi mengenai urgensi dan persyaratan donor darah, disampaikan oleh Bapak Imron dari UPTD PMI Kota Depok.
2.       Edukasi pemilahan dan pengelolaan sampah di Kota Depok, oleh Bapak H. Kusumo, Kepala Bidang Kebersihan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok.
3.       Edukasi utama mengenai penyakit Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) oleh Mbak Marisza Cardoba dari Komunitas Smile with ITP.
Tidak ketinggalan, penampilan preview pentas teater FAUST uang ditampilkan oleh Komunitas Taman Budaya Lembah Gurame.
Di samping itu, juga dilakukan perkenalan sepuluh komunitas pendukung acara FREAK Donor Darahm yaitu:
1.       Depok Hip Hop Clan (DHHC)
2.       Rumah Pijar
3.       Taman Budaya
4.       Depok Magician
5.       Musang Lovers Depok (Muldok)
6.       Kelompok Penggemar Sugar Glider Indonesia (KPSGI)
7.       Save Orang Utan
8.       Dana Pemuda Nusantara (DPN)
9.       Indonesian Blades
10.   Korps Sukarelawan PMI
Dari ajang ini, diharapkan akan terjalin kerja sama yang lebih erat di antara sesama komunitas untuk membangun lebih banyak lagi aktivitas kreatif, positif dan produktif yang dapat diikuti oleh anak-anak muda Kota di ruang-ruang publik Kota Depok.
Semoga kegiatan FREAK Donor Darah ini bisa berlanjut secara rutin sehingga memberi manfaat lebih banyak bagi pengembangan potensi anak-anak muda.

 Baron Noorwendo, Founder FREAK Depok, HP/WA 081294742033.