Monday, June 15, 2015

WPL News: Belajar Membangun Program Berbasis Masyarakat di Bank Sampah WPL


Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan program pengelolaan sampah di lingkungan. Keberlanjutan program yang selalu menjadi idam-idaman para penggerak program lingkungan tergantung kepada keberhasilan kita melibatkan potensi masyarakat. Pada prinsipnya, semua orang menginginkan perubahan menuju kebaikan. Seberapa siap kita mengajak masyarakat untuk memperbaiki diri?
Membangun keterlibatan masyarakat bisa dilakukan dengandua pendekatan, yaitu pendekatan manfaat (benefit) dan pendekatan kebanggaan (pride). Dalam hal merubah pola pikir dan perilaku dalam menangani sampah, maka kita harus menyiapkan perangkat untuk menunjukkan siklus manfaat sampah dan kebanggaan atas aktivitasnya  yang langsung bermanfaat dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Siklus manfaat sampah dibangun dengan program yang menjadikan potensi lokal sebagai modal utama. Kembangkan potensi yang memang sudah ada di masyarakat. Usahakan untuk tidak memberikan keterampilan baru yang tidak sesuai dengan potensi yang ada. Dalam hal ini, sampah kemudian dijadikan sebagai obyek, misalnya untuk bahan baku.
Kebanggaan dibangun dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang dampak positif terhadap lingkungan dan kehidupan jika sampah ditangani dengan benar. Kebanggaan juga dapat dibangun dengan mengembangkan produk-produk kreatif yang menjadi ciri khas wilayah tertentu. Dapat juga dibuatkan branding untuk kata sandang dan merek produk yang dihasilkan.
Komunitas WPL memperkenalkan istilah Garbagepreneurship sebagai sebutan atas semua upaya pemanfaatan sampah secara kreatif. Garbagepreneur sebagai sebutan bagi para pelaku kreativitas berbahan baku sampah. Iburatu Recycle sebagai merek produk kreatif yang dihasilkan. Iburatu merupakan singkatan dari ‘Ikatan Ibu-ibu Pitara RT Satu’.
Keberlanjutan program WPL sering menjadi perhatian. Banyak kalangan berkonsultasi dengan WPL untuk beberapa tujuan. Kalangan pelajar dan mahasiswa sebagian dalam rangka mengerjakan tugas atau kunjungan belajar. Beberapa mahasiswa menyelesaikan skripsi dan mengerjakan tesis dengan Bank Sampah WPL sebagai studi kasusnya. Dari kalangan masyarakat dan pengurus lingkungan biasanya tertarik untuk dapat menghidupkan program sejenis di lingkungannya.

Membuat mainan bergerak dari kotak susu di sebuah Sekolah Alam

Belajar menganyam sampah plastik di perusahaan swasta

Kunjungan belajar mahasiswa FTUI – belajar membuat komposter tanpa bau, tanpa belatung dengan biaya tidak lebih dari Rp 15.000,-
Baron Noorwendo
HP/WA 081294742033