Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci
keberhasilan program pengelolaan sampah di lingkungan. Keberlanjutan program
yang selalu menjadi idam-idaman para penggerak program lingkungan tergantung
kepada keberhasilan kita melibatkan potensi masyarakat. Pada prinsipnya, semua
orang menginginkan perubahan menuju kebaikan. Seberapa siap kita mengajak
masyarakat untuk memperbaiki diri?
Membangun keterlibatan masyarakat bisa dilakukan dengandua
pendekatan, yaitu pendekatan manfaat (benefit) dan pendekatan kebanggaan
(pride). Dalam hal merubah pola pikir dan perilaku dalam menangani sampah, maka
kita harus menyiapkan perangkat untuk menunjukkan siklus manfaat sampah dan
kebanggaan atas aktivitasnya yang
langsung bermanfaat dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Siklus manfaat sampah dibangun dengan program yang
menjadikan potensi lokal sebagai modal utama. Kembangkan potensi yang memang
sudah ada di masyarakat. Usahakan untuk tidak memberikan keterampilan baru yang
tidak sesuai dengan potensi yang ada. Dalam hal ini, sampah kemudian dijadikan
sebagai obyek, misalnya untuk bahan baku.
Kebanggaan dibangun dengan memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang dampak positif terhadap lingkungan dan kehidupan jika sampah
ditangani dengan benar. Kebanggaan juga dapat dibangun dengan mengembangkan
produk-produk kreatif yang menjadi ciri khas wilayah tertentu. Dapat juga
dibuatkan branding untuk kata sandang dan merek produk yang dihasilkan.
Komunitas WPL memperkenalkan istilah Garbagepreneurship
sebagai sebutan atas semua upaya pemanfaatan sampah secara kreatif.
Garbagepreneur sebagai sebutan bagi para pelaku kreativitas berbahan baku
sampah. Iburatu Recycle sebagai merek produk kreatif yang dihasilkan. Iburatu
merupakan singkatan dari ‘Ikatan Ibu-ibu Pitara RT Satu’.
Keberlanjutan program WPL sering menjadi perhatian. Banyak
kalangan berkonsultasi dengan WPL untuk beberapa tujuan. Kalangan pelajar dan
mahasiswa sebagian dalam rangka mengerjakan tugas atau kunjungan belajar.
Beberapa mahasiswa menyelesaikan skripsi dan mengerjakan tesis dengan Bank
Sampah WPL sebagai studi kasusnya. Dari kalangan masyarakat dan pengurus
lingkungan biasanya tertarik untuk dapat menghidupkan program sejenis di
lingkungannya.
Membuat mainan bergerak dari kotak susu di sebuah Sekolah
Alam
Kunjungan belajar mahasiswa FTUI – belajar membuat komposter
tanpa bau, tanpa belatung dengan biaya tidak lebih dari Rp 15.000,-
Baron Noorwendo
HP/WA 081294742033