Kamis, 12 November 2015. Bertempat di Gedung Serba Guna
Wanda Galuh, Kota Serang, atas undangan Dinas Pendidikan Kota Serang, tim Bank
Sampah WPL dipercaya untuk memberikan Workshop tentang pengelolaan sampah di
lingkungan sekolah untuk memenuhi kriteria Sekolah Adiwiyata. Hadir dalam acara
tersebut 150 orang kepala sekolah dan
pengelelola sarana prasarana sekolan negeri
se Kota Serang.
Tantangan penerapan kriteria Sekolah Adiwiyata adalah
membuat program yang berkelanjutan di setiap sekolah. Keberlanjutan sebuah
program didasari oleh pemahaman dan kesadaran para penggerak dan pelakunya.
Dalam kesempatan pelatihan ini tim Bank Sampah WPL yang
terdiri dari bapak Baron Noorwendo, ibu Sri Wulan Wibiyanti, ibu Halimah dan
ibu Susinarsih menyiapkan empat sesi komprehensif yang bertujuan merubah pola
pikir ‘sampah’ menjadi ‘bahan baku’.
Sesi pertama dan kedua menjadi sesi terpenting karena ‘membongkar’
pemahaman dan cara pandang terhadap sampah.
1.
Sampah adalah akhir sebuah
proses yang diputar oleh kehidupan manusia. Sepanjang proses tersebut, material
sampah telah menggunakan potensi sumber daya alam, energi, air dan biaya yang
sangat besar.
2.
Sampah yang merupakan
bagian hidup kita menyimpan potensi buruk terhadap lingkungan jika tidak
ditangani dengan benar, sebaliknya memiliki potensi baik jika ditangani dengan
benar.
3.
Pengetahuan tentang proses
pembuatan dan material plastik dapat membangun perilaku berhati-hati dalam
membeli produk plastik terutama yang layak digunakan sebagai wadah makanan dan
minuman.
4.
Untuk mengoptimalkan
potensi baik, kita perlu membangun program lingkungan yang dapat melibatkan
potensi masyarakat untuk memanfaatkan sampah terpilah secara kreatif dan
produktif.
5.
100% sampah organik bisa
dimanfaatkan. Terdapat berbagai pilihan metode pemanfaatan sampah yang bisa
dipilih sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Dalam kesempatan ini, kami
memperkenalkan komposter metode Osaki yang menggunakan alat dan bahan yang
tersedia di sekitar kita dan murah.
6.
80% jenis sampah non organik dapat dimanfaatkan
secara recycle dan upcycle.
7.
Salah satu bentuk
pemanfaatan sampah secara kreatif dan produktif adalah dengan menjadikan
pengelolaan sampah sebagai salah satu sarana pembelajaran di Sekolah Adiwiyata.
Para peserta tertarik dengan uraian tentang perubahan
perilaku memilah sampah sejak dari
sumbernya setelah mendapat ilustrasi dampak negatif dari sampah yang tercampur.
Biaya penanangan sampah yang sudah tercampur akan lebih besar. Kualitas produk
komposting sampah organik yang tercampur tidak akan sebaik yang terpilah. Di
samping itu, proses recycle dan upcycle non organik juga akan lebih sulit
dilakukan jika sudah tercampur dengan sampah organik.
Sampah plastik yang terbentuk dari senyawa kimia polimer
dapat bereaksi dengan air, tanah dan udara. Dampak negatif reaksi kimia plastik
dengan alam dapat dicegah dengan memasukkan plastik ke jalur recyclenya. Rute recycle
plastik dapat diketahui dari recycling code yang tertera pada setiap produk
plastik yang memenuhi standar.
Pada sesi ke 3 dan 4, kami memberikan pelatihan keterampilan
dasar menganyam plastik bekas kemasan kopi menjadi produk yang bermanfaat.
Melalui pelatihan keterampilan ini, para peserta mendapatkan pengalaman
langsung memanfaatkan sampah plastik bekas kemasan kopi secara kreatif.
Kami berharap upaya sosialisasi pemanfaatan sampah di
Sekolah Adiwiyata tidak berhenti sampai di sini. Semoga informasi ini juga
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca blog ini, agar kualitas
pendidikan dan anak didik kita semakin baik di masa depan.
Baron Noorwendo, Founder & Trainer Bank Sampah WPL.
HP/WA 081294742033.
Keywords:
Sekolah Adiwiyata, Kota Serang, dinas pendidikan, pilah
sampah dari sumber, recycling code, garbagepreneurship, reaksi kimia plastik
dengan alam.