Wednesday, June 17, 2015

Belajar Membangun Program Lingkungan Hingga ke Bank Sampah WPL


Semarak program yang digulirkan oleh Komunitas WPL mengundang keingintahuan berbagai kalangan.
Sebagai lembaga pemberdaya potensi lokal, Komunitas WPL menggulirkan empat program utama, yaitu Garbagepreneurship, Kuliner, Kolaborasi Komunitas dan Pendidikan. Keempat program tersebut merupakan sarana bagi Komunitas WPL untuk membangun pola pikir dan perilaku warga masyarakat sehingga bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Upaya perubahan pola pikir dan perilaku warga dilakukan dengan cara memperkenalkan program-program yang dapat melibatkan berbagai potensi di masyarakat.
Salah satu program utama adalah Garbagepreneurship. Garbagepreneurship merupakan istilah ‘plesetan’ dalam bahasa Inggris, gabungan dari kata ‘Garbage’ dan ‘Preneurship’. Garbagepreneurship dapat diartikan menjadi kewirausahaan sampah, yaitu kewirausahaan yang menjadikan sampah sebagai obyek. Garbagepreneurship tidak mencari keuntungan melalui material sampah, melainkan melalui upaya-upaya ilmiah dan kreatif untuk memberi niilai tambah pada sampah-sampah yang sudah dipilah. Produk Garbagepreneurship meliputi produksi kerajinan berbahan baku sampah, tabungan sampah, hibah sampah, mikro kredit tanpa bunga, pelatihan, wisata kreatif, kampanye lingkungan dan kemitraan.
Salah satu hal yang menarik berbagai pihak untuk belajar ke Bank Sampah WPL adalah keberlanjutan dan keterlibatan aktif masyarakat terhadap program yang dibangun dengan biaya yang relatif kecil. “Kami datang ke WPL karena tertarik dengan keberhasilan Komunitas WPL melibatkan warga sekitar selama hampir 6 tahun dan terus bergerak bahkan merambah ke bidang kuliner dan pendidikan padahal dengan biaya yang relatif kecil sekali.”, ujar ibu Ratna (35 tahunan) yang memimpin sepuluh rekannya berkunjung ke Bank Sampah WPL hari Selasa, 16 Juni 2015.
“Karena sejak awal kami bergerak untuk memberdayakan potensi masyarakat, maka sampah bagi kami hanyalah sarana untuk pengembangan potensi tersebut. Dengan kreativitas memanfaatkan sampah maka pola pikir dan perilaku masyarakat juga akan berubah.” , jelas Sri Wulan Wibiyanti, salah satu founder Komunitas WPL,  saat mendampingi kunjungan para penggerak lingkungan dari Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Mengikuti paparan program WPL sambil memperhatikan produk kerajinan.
 Di awal kunjungan belajar, rombongan mendapatkan gambaran tentang latar belakang dan tujuan program yang digulirkan oleh Komunitas WPL. Baron Noorwendo, yang juga founder Komunitas WPL, menjelaskan tentang potensi terpendam warga masyarakat yang membutuhkan akses untuk mengoptimalkan potensi tersebut. “Potensi masyarakat berupa local wisdom maupun local genius sebenarnya sudah tertanam pada setiap warga masyarakat kita. Persoalannya, kita butuh akses yang cocok untuk menggali potensi-potensi tersebut.” Tegas Baron Noorwendo.
Dalam diskusi terungkap keingingan para aktivis dari Kecamatan Pancoran untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka serap dari WPL di wilayah mereka. “Kami sangat senang bisa mendapatkan tambahan motivasi dan inspirasi dari kunjungan ini. Walau hanya beberapa jam, kami memahami bahwa peluang untuk membangun program lingkungan sangat luas dan terbuka. Jika dari sampah saja WPL bisa mengembangkan banyak program, harusnya dari bidang-bidang lainnya pun kami bisa mengembangkan program semisal ini di wilayah kami.” Urai ibu Mawar (30 tahunan), salah satu peserta rombongan dari Kecamatan Pancoran.

Meninjau proses penabungan sampah.
Baron Noorwendo
HP/WA 081294742033

No comments:

Post a Comment

Kami sangat berterima kasih atas komentar Anda. Jika informasi yang kami berikan bermanfaat bagi Anda, kami sangat berbahagia jika desebarkan kepada yang lain.