Semarak program yang digulirkan oleh Komunitas WPL
mengundang keingintahuan berbagai kalangan.
Sebagai lembaga pemberdaya potensi lokal, Komunitas WPL
menggulirkan empat program utama, yaitu Garbagepreneurship, Kuliner, Kolaborasi
Komunitas dan Pendidikan. Keempat program tersebut merupakan sarana bagi
Komunitas WPL untuk membangun pola pikir dan perilaku warga masyarakat sehingga
bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Upaya perubahan pola pikir dan perilaku
warga dilakukan dengan cara memperkenalkan program-program yang dapat
melibatkan berbagai potensi di masyarakat.
Salah satu program utama adalah Garbagepreneurship.
Garbagepreneurship merupakan istilah ‘plesetan’ dalam bahasa Inggris, gabungan
dari kata ‘Garbage’ dan ‘Preneurship’. Garbagepreneurship dapat diartikan
menjadi kewirausahaan sampah, yaitu kewirausahaan yang menjadikan sampah
sebagai obyek. Garbagepreneurship tidak mencari keuntungan melalui material
sampah, melainkan melalui upaya-upaya ilmiah dan kreatif untuk memberi niilai
tambah pada sampah-sampah yang sudah dipilah. Produk Garbagepreneurship
meliputi produksi kerajinan berbahan baku sampah, tabungan sampah, hibah
sampah, mikro kredit tanpa bunga, pelatihan, wisata kreatif, kampanye
lingkungan dan kemitraan.
Salah satu hal yang menarik berbagai pihak untuk belajar ke
Bank Sampah WPL adalah keberlanjutan dan keterlibatan aktif masyarakat terhadap
program yang dibangun dengan biaya yang relatif kecil. “Kami datang ke WPL
karena tertarik dengan keberhasilan Komunitas WPL melibatkan warga sekitar
selama hampir 6 tahun dan terus bergerak bahkan merambah ke bidang kuliner dan
pendidikan padahal dengan biaya yang relatif kecil sekali.”, ujar ibu Ratna (35
tahunan) yang memimpin sepuluh rekannya berkunjung ke Bank Sampah WPL hari
Selasa, 16 Juni 2015.
“Karena sejak awal kami bergerak untuk memberdayakan potensi
masyarakat, maka sampah bagi kami hanyalah sarana untuk pengembangan potensi
tersebut. Dengan kreativitas memanfaatkan sampah maka pola pikir dan perilaku
masyarakat juga akan berubah.” , jelas Sri Wulan Wibiyanti, salah satu founder
Komunitas WPL, saat mendampingi
kunjungan para penggerak lingkungan dari Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.
Mengikuti paparan
program WPL sambil memperhatikan produk kerajinan.
Di awal kunjungan
belajar, rombongan mendapatkan gambaran tentang latar belakang dan tujuan
program yang digulirkan oleh Komunitas WPL. Baron Noorwendo, yang juga founder
Komunitas WPL, menjelaskan tentang potensi terpendam warga masyarakat yang
membutuhkan akses untuk mengoptimalkan potensi tersebut. “Potensi masyarakat
berupa local wisdom maupun local genius sebenarnya sudah tertanam pada setiap
warga masyarakat kita. Persoalannya, kita butuh akses yang cocok untuk menggali
potensi-potensi tersebut.” Tegas Baron Noorwendo.
Dalam diskusi terungkap keingingan para aktivis dari
Kecamatan Pancoran untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka serap dari WPL
di wilayah mereka. “Kami sangat senang bisa mendapatkan tambahan motivasi dan
inspirasi dari kunjungan ini. Walau hanya beberapa jam, kami memahami bahwa
peluang untuk membangun program lingkungan sangat luas dan terbuka. Jika dari
sampah saja WPL bisa mengembangkan banyak program, harusnya dari bidang-bidang
lainnya pun kami bisa mengembangkan program semisal ini di wilayah kami.” Urai
ibu Mawar (30 tahunan), salah satu peserta rombongan dari Kecamatan Pancoran.
Meninjau proses
penabungan sampah.
Baron Noorwendo
HP/WA 081294742033
No comments:
Post a Comment
Kami sangat berterima kasih atas komentar Anda. Jika informasi yang kami berikan bermanfaat bagi Anda, kami sangat berbahagia jika desebarkan kepada yang lain.