Showing posts with label Komposter 2 in 1. Show all posts
Showing posts with label Komposter 2 in 1. Show all posts

Thursday, August 27, 2015

Bank Sampah WPL Berbagi Pengalaman di Pondok Pesantren Modern Sahid, Bogor


Kamis, 27 Agustus 2015, perjalanan menuju Pesantren Modern Sahid lumayan lancar. Hanya sedikit hambatan saat akan keluar Kota Depok menuju Parung. Sendatan terasa di sekitar Kampus IPB, Dramaga. Namun secara umum, perjalanan cukup menyenangkan.
Perjalanan ini merupakan pemenuhan undangan dari Bapak KH. Drs. Ahmad Sajid, MM, selaku Pimpinan Pondok Pesantren Modern Sahid. Pimpinan Pondok Pesantren Modern Sahid mengundang tim Bank Sampah WPL untuk dapat berbagi pengalaman dengan warga pondok dalam mengelola sampah di lingkungan pondok pesantren.
Pondok pesantren yang memiliki lahan seluas 60 Ha ini, memiliki sekitar 1000 orang santri ditambah sekitar 500 orang guru dan karyawan. Lahan yang luas ini menyimpan potensi pengelolaan sampah terpadu. Pengelolaan sampah akan sangat baik jika dapat dimulai dengan membangun perilaku warga pesantren untuk memilah sampah dan membangun sistem pengelolaan yang kreatif. Penerapan sistem pengelolaan sampah di Pondok Pesantren dapat menjadi sarana  edukasi dan wisata edukasi. Di samping itu, juga dapat menjadi sarana pemberdayaan lahan dan masyarakat sekitar.


Pelatihan dimulai sekitar jam 10 pagi, didahului oleh pengantar yang disampaikan oleh Bapak KH. Drs. Ahmad Sajid, MM. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapan agar pengalaman yang disampaikan oleh tim Bank Sampah WPL dapat menjadi bekal bagi warga Pondok Pesantren untuk melakukan pengelolaan sampah yang baik. Acara pelatihan diikuti oleh perwakilan pengurus OSIS Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, karyawan bidang kebersihan, perwakilan guru serta pembina santri.

Sesi Pertama oleh bpk Baron Noorwendo

Pada sesi pertama, Tim Bank Sampah WPL menyampaikan materi tentang,
1.     Definisi sampah.
2.     Pengetahuan tentang material sampah.
3.     Dampak sampah terhadap lingkungan.
4.     Merubah persepsi dan perilaku terhadap sampah.
5.     Memperlakukan sampah sebagai bahan baku.
6.     Teknik memilah sampah.
7.     Membangun siklus manfaat sampah.
8.     Membangun partisipasi warga pesantren dalam mengelola sampah.

Dalam diskusi disepakati setiap orang bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkannya. Diskusi cukup meluas saat membahas tentang material plastik. 

Pemahaman pada kode recycle (recycling code) akan memudahkan kita untuk memilih bahan plastik yang layak digunakan. Fungsi kode recycle antara lain:
1.     Menunjukkan senyawa kimia material plastik.
2.     Petunjuk tentang jenis plastik yang aman digunakan sebagai wadah makanan.
3.     Petunjuk tentang jenis plastik yang boleh digunakan secara berulang.
4.     Memudahkan pemilahan untuk proses daur ulang (recycle).
5.     Memberi pemahaman tentang dampak plastik jika berinteraksi dengan alam, seperti jika tertanam di tanah, terendam di air dan jika dibakar.



Pada sesi kedua, diskusi diawali dengan metode memanfaat sampah sebagai bahan baku. Cara memanfaatkan bahan baku meliputi recycle dan upcycle. Recycle adalah upaya mengolah bahan baku menjadi bentuk dan fungsi yang sama, misalnya gelas plastik bening diolah menjadi gelas plastik bening lagi. Sedangkan upcycle adalah upaya mengolah bahan baku menjadi bentuk dan fungsi yang berbeda, misalnya menjadi produk kerajinan. Diskusi tentang upcycle menjadi menarik karena ketertarikan peserta pada upaya pemasaran produk ekonomi kreatif.


Demo Komposter Osaki oleh ibu Sri Wulan Wibiyanti


Di paruh kedua, Tim Bank Sampah WPL menyampaikan metode mengolah sampah organik. Tim menyampaikan lima metode mengolah sampah organik, yaitu biopori, penumpukan, komunal, Osaki dan 2 in 1.

 Komposter 2 in 1

Peserta tampak antusias saat diperagakan cara membuat komposter Osaki dan 2 in 1. Komposter Osaki menjadi menarik karena dapat dibuat dari kardus bekas, murah serta tidak berbau ataupun berbelatung. Komposter 2 in 1 menarik  perhatian karena bisa menghasilkan pupuk organik cair dan juga pupuk padat. Sebagai tambahan, tim juga menyampaikan cara membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dari tape singkong. (BN).
WPL siap bermitra. HP/WA 081294742033.

Thursday, August 6, 2015

Bank Sampah WPL Memberikan Workshop Pengolahan Sampah Organik di Sekolah Sehat


Kamis, 6 Agustus 2015, Bank Sampah WPL mendapat kepercayaan untuk menyampaikan workshop pengolahan sampah organik di SMA Dian Didaktika, Cinere, Depok. Work shop ini digelar dalam rangka memenuhi kriteria sekolah sehat. Sekolah sehat adalah sekolah yang memenuhi kriteria yang menunjang kehidupan sehat bagi warga sekolah. Salah satu kriteria berkaitan dengan kebersihan.
Sumber sampah organik di sebuah sekolah, sebagian besar berasal dari kantin dan halaman. Sampah organik dari kantin berupa sisa-sisa masakan dan sisa makanan. Sedangkan sampah organik dari halaman berupa dedaunan dan ranting-ranting kecil.
Pembukaan work shop oleh Kepala Sekolah SMA Dian Didaktika

Semua jenis sampah organik dari kantin dan taman masih dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan sampah organik dari kantin dimulai dengan membiasakan untuk meniriskan sampah organik sebelum disimpah di wadah penyimpanan khusus sampah organik.Proses penirisan hanya memerlukan saringan plastik serta rantang sebagai penampung kuah dan cairan. Dengan ditiriskan, maka proses pembusukan pada sampah organik dapat diperlambat hingga 12 jam, sehingga kita memiliki cukup waktu untuk mengolahnya dengan metode yang kita inginkan.
Sementara, pemanfaatan sampah organik dari halaman dimulai dengan menampung sampah di sebuah wadah yang terbuat dari silinder kawat ram. Selain memudahkan proses pengumpulan, silinder ini dapat berfungsi sebagai komposter alami jika dedaunan kering yang dipisahkan tidak dimanfaatkan sebagai sumber mikroba pada proses komposting sampah organik dari kantin. Silinder kawat ram ini juga dapat dibuat dengan memperhatikan aspek estetika lingkungan sekolah.

Dalam kesempatan workshop yang dibuka oleh Kepala Sekolah SMA Dian Didaktika ini, tim dari Komunitas WPL menyampaikan 4 metode pengolahan sampah organik yang praktis dan mudah diterapkan oleh pihak sekolah. Keempat metode tersebut meliputi:
1.       Metode penumpukan atau gundukan
2.       Metode komunal
3.       Metode Osaki
4.       Metode 2 in 1

Kesemua metode tersebut mensyaratkan sampah organik yang akan diolah dalam keadaan kering (sudah ditiris) dan sudah dicacah.
Metode penumpukan atau gundukan dapat dilakukan di sebuah ruang yang memiliki atap dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Peralatan yang diperlukan meliputi alat pencacah, alat pengaduk, alat pengayak kompos, termometer dan terpal penutup. Bahan yang dipergunakan adalah sampah organik yang sudah dicacah. Sedangkan sumber mikroba diperoleh dari bakal jamur pada dedaunan kering.
Sampah yang sudah dicacah dicampur dengan cacahan dedauanan kering, hingga volumenya mencapai kondisi sudah cukup berat untuk diaduk. Setelah itu, tumpukan sampah dipantau proses kompostingnya selama sekitar tiga atau empat bulan. Pemantauan dilakukan dengan mengukur temperatur tumpukan kompos dan menjaga kelembabannya.
Metode komunal memerlukan bak penampung yang dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan pembuangan gas metana yang dihasilkan. Di sampaing alat pencacah, alat pengaduk dan termometer, metode komunal memerlukan aktivator berupa Mikro Organisme Lokal (MOL). MOL bisa dibuat sendiri dari tape singkong (peuyeum) atau air cucian beras. Aktivator juga dapat menggunakan pupuk cair (lindi) yang diperoleh dari komposting metode 2 in 1.

Metode Osaki adalah sebuah metode yang dapat dilakukan di setiap rumah secara praktis. Metode ini sangat sederhana, mudah dan murah. Juga tidak menghasilkan bau dan belatung jika prosesnya berjalan dengan benar. Biaya yang diperlukan untuk menerapkan komposter Osaki tidak lebih dari 15.000 rupiah. Alat yang dibutuhkan berupa 2 buah kardus bekas yang berukuran sama, alat pencacah, sarung tangan dan dudukan komposter. Bahan meliputi kompos yang sudah jadi atau cacahan dedaunan kering sebagai sumber bakteri pengurai dan MOL.
Metode 2 in 1 memungkinkan kita untuk meghasilkan pupuk padat dan pupuk cair.Dengan memanfaatkan wadah dari kaleng plastik bekas cat ukuran 25 kg, kita bisa membuat sendiri tabung komposter 2 in 1. Komposting dengan metode ini memerlukan bantuan aktivator berupa MOL yang dapat dibuat dari tape singkong, air cucian beras atau air lindi.
Semoga work shop kecil ini dapat diterapkan di semua sekolah sehat di Indonesia.
#sampahjadikeren
Baron Noorwendo
081294742033