Friday, November 20, 2015

Garbagepreneurship Sebagai Dosen Tamu dalam Kuliah Kapita Selekta Departemen Teknik Mesin FTUI



29 Oktober 2015, jam 15.00 – 16.50 WIB, bertempat di Ruang 301, Ruang Kuliah Bersama Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Baron Noorwendo, salah satu founder Bank Sampah WPL berkesempatan menjadi kuliah tamu mata kuliah Kapita Selekta. Mata kuliah ini diikuti oleh sekitar 70 orang mahasiswa semester 7 dari program  studi Teknik Mesin dan Teknik Perkapalan. Mata kuliah Kapita Selekta dimaksudkan memberikan wawasan dunia industri dan sosial kepada para mahasiswa. Mata kuliah ini diasuh oleh Prof. Dr. Ir. M. Idrus Al Hamid, yang juga membimbing Baron Noorwendo saat menyelesaikan studinya di Jurusan Teknik Mesin FTUI.
Kegiatan kembali ke almamater, memberikan energi yang sangat besar. Di samping bernostalgia, kami juga mendapat peluang untuk menyampaikan konsep merubah perilaku masyarakat dengan memanfaatkan sampah secara kreatif kepada para mahasiswa. Karena merekalah kelak yang akan meneruskan memimpin dan menjaga lingkungan hidup kita.






Kuliah dimulai dengan menyamakan persepsi tentang sampah. Perbedaan definisi dan cara pandang terhadap sampah harus dihindari agar pengelolaan sampah secara kreatif bisa menjadi tujuan bersama. Tujuan mengurangi volume sampah dan efek negatif sampah terhadap lingkungan harus dimulai dari definisi dan persepsi yang sama.

Definisi sampah berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2008 adalah sisa kegiatan manusia sehari-hari dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Selanjutnya, sampah dibedakan berdasarkan kemudahannya didaur ulang oleh alam. Sampah organik adalah sampah yang mudah diurai oleh ekosistem rantai makanan. Sampah non organik adalah sampah yang sulit diurai secara alami sehingga memerlukan bantuan teknologi atau metode untuk dapat memanfaatkan dan mendaur ulangnya. Sedangkan sampah residu merupakan jenis sampah yang saat ini belum ada teknologi atau metode untuk mendaur ulangnya.
Bagian berikutnya adalah upaya untuk merubah perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sampahnya secara kreatif sehingga dapat menjadi sarana pengembangan potensi masyarakat dan pemberdayaan ekonomi. Garbagepreneurship adalah program lingkungan yang didesain untuk membangun pola pikir dan perilaku masyarakat dengan pendekatan kewirausahaan. Pada dasarnya, Garbagepreneurship mengajak masyarakat memandang sampah yang kita hasilkan bukan sebagai sampah yang layak dibuang, melainkan sebagai bahan baku yang masih dapat dimanfaatkan.
Jika sampah organik dipilah, maka dapat mengurangi 60%-70% dari total volume sampah yang kita buang. Pemanfaatan sampah organik terpilah dapat dilakukan dengan cara yang mudah yaitu dengan menimbun, membuat lubang biopori, komposter, hingga mengolahnya menjadi pupuk cair serta pakan ternak yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pupuk dari pengolahan sampah organik juga dapat diintegrasikan dengan pertanian organik. Pemanfaatan sampah organik dengan benar dapat mengurangi potensi timbulnya Gas Rumah Kaca berupa Metana (CH4). Gas Metana ini dua puluh lima kali berbahaya dibandingkan dengan gas CO2.
Sampah non organik karena dibuat dari bahan yang sulit diurai oleh alam, maka penanganannya tidak boleh dikembalikan ke alam. Maksudnya, sampah non organik tidak boleh ditanam di tanah, tidak boleh dibenamkan ke air dan tidak boleh dibakar. Sampah non organik harus ditangani sedemikian rupa sehingga masuk ke dalam jalur pemanfaatan yang benar. Pemanfaatan sampah non organik terpilah bisa dilakukan dengan cara recycle dan upcycle. Recycle adalah mendaur ulang material sampah non organik lalu memprosesnya kembali sehingga menjadi bentuk dan fungsi yang sama. Upcycle merupakan upaya memanfaatkan sampah non organik menjadi bentuk dan fungsi yang berbeda. Upcycle dalam sektor ekonomi kreatif masuk ke dalam sub sektor kerajinan (Craft).
Sebagai ilustrasi nyata pemanfaatan sampah non organik secara upcycle, di paruh akhir kuliah, bu Yenni Mulyani tampil membimbing 20 mahasiswa membuat hiasan kupu-kupu dari bahan saset bungkus kopi.
Dengan kreativitas Garbagepreneurship, tidak ada sampah yang tidak bermanfaat.
Baron Noorwendo, Founder Bank Sampah WPL. HP/WA: 081294742033.


Friday, September 18, 2015

Bank Sampah WPL Sharing Pengalaman Dengan Pegiat dari Kecamatan Limo dan Sawangan


Salah satu bentuk keceriaan mengelola bank sampah adalah kesempatan untuk berkenalan, berbagi ilmu dan bertukar pengalaman dengan sesama pegiat dari wilayah lain. Pengalaman di suatu wilayah menjadi bekal yang bermanfaat bagi wilayah lainnya. Tidak ada nuansa persaingan satu sama lain. Yang ada hanya semangat berkolaborasi untuk membangun lingkungan yang lebih baik.







Rabu, 2 September 2015. Bertempat di rumah Bapak Warta, Ketua RT 06 RW 01, Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Depok, kami berkesempatan berdiskusi dengan para pengurus bank sampah di RT tersebut. Dalam kesempatan tersebut, kami berbagi ilmu dan pengalaman tentang membangun motivasi para pengurus dan warga dalam menyukseskan program bank sampah.
Dalam pertemuan sekitar 2 jam tersebut, kami menyampaikan beberapa hal berikut:
1.     Harkat kehidupan kita saat ini dan kualitas lingkungan buat generasi penerus.
2.     Perjalanan sampah sejak dari alam hingga menjadi sampah.
3.     Manfaat Recycling Code dan tips memilih kemasan plastik.
4.     Pengembangan program bank sampah.
5.     Pengolahan sampah organik skala rumah tangga.
Pengetahuan dasar tentang material sampah, terutama plastik dan kertas ternyata sangat membantu untuk membangun pemahaman mengapa sampah non organik harus ditangani secara khusus agar bisa dijadikan bahan baku dalam sebuah proses daur ulang.  Upaya penghematan sumber daya alam seperti pohan dan minyak bumi dengan mendaur ulang juga menjadi mudah dipahami.
Melalui Recycling Code, pemahaman untuk menjadi konsumen cerdas dan memperbesar upaya Reduce dapat ditingkatkan. Dengan mengetahui jenis senyawa kimia plastik, kita dapat memilih kemasan yang sesuai dengan kebutuhan. Dari reaksi kimia senyawa plastik terhadap, air, udara dan tanah kita juga dapat membayangkan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah plastik terhadap alam jika tidak ditangani dengan benar.
Kami juga memperkenalkan beberapa program yang mendapat sambutan hangat, yaitu hibah sampah, kredit mikro tanpa bunga dan pengolahan sampah organik.
Keinginan untuk sharing dalam rangka meningkatkan motivasi dan mengembangkan program juga datang dari dua komunitas bank sampah di Kecamatan Sawangan, yaitu dari Kelurahan Bedahan dan Kelurahan Pengasinan. Pada hari Senin, 7 September 2015, pengurus kedua komunitas bank sampah tersebut berkunjung untuk berdiskusi dan melihat langsung aktivitas Bank Sampah WPL.




Diskusi berkembang mengenai,
1.     Fluktuasi semangat pengurus dan nasabah bank sampah.
2.     Pemanfaatan plastik kemasan menjadi kerajinan.
3.     Pengolahan sampah organik skala rumah tangga.
Bank Sampah WPL bukanlah bank sampah terbaik, masih banyak yang harus kami perbaiki. Juga banyak hal yang seharusnya dapat dikembangkan. Melalui kesempatan sharing dan berbagi seperti ini, kami terbuka untuk menjalin kemitraan dengan siapa saja dan di mana saja. Tujuan utama kami untuk mengembangkan potensi lokal dengan merubah pola pikir serta perilaku secara kreatif, akan semakin berarti jika dapat diterapkan dalam bingkai kolaborasi yang saling menguntungkan.
Bukan kepentingan parsial yang harus kita perjuangkan, melainkan membawa harkat Indonesia lebih tinggi di panggung dunia.

Dalam dua kesempatan ini, kami juga didampingi oleh mbak Fafa, mahasiswi semester 7, Departemen Kesejahteraan FISIP UI yang sedang mengerjakan tugas di Bank Sampah WPL.

BN

Thursday, August 27, 2015

Bank Sampah WPL Berbagi Pengalaman di Pondok Pesantren Modern Sahid, Bogor


Kamis, 27 Agustus 2015, perjalanan menuju Pesantren Modern Sahid lumayan lancar. Hanya sedikit hambatan saat akan keluar Kota Depok menuju Parung. Sendatan terasa di sekitar Kampus IPB, Dramaga. Namun secara umum, perjalanan cukup menyenangkan.
Perjalanan ini merupakan pemenuhan undangan dari Bapak KH. Drs. Ahmad Sajid, MM, selaku Pimpinan Pondok Pesantren Modern Sahid. Pimpinan Pondok Pesantren Modern Sahid mengundang tim Bank Sampah WPL untuk dapat berbagi pengalaman dengan warga pondok dalam mengelola sampah di lingkungan pondok pesantren.
Pondok pesantren yang memiliki lahan seluas 60 Ha ini, memiliki sekitar 1000 orang santri ditambah sekitar 500 orang guru dan karyawan. Lahan yang luas ini menyimpan potensi pengelolaan sampah terpadu. Pengelolaan sampah akan sangat baik jika dapat dimulai dengan membangun perilaku warga pesantren untuk memilah sampah dan membangun sistem pengelolaan yang kreatif. Penerapan sistem pengelolaan sampah di Pondok Pesantren dapat menjadi sarana  edukasi dan wisata edukasi. Di samping itu, juga dapat menjadi sarana pemberdayaan lahan dan masyarakat sekitar.


Pelatihan dimulai sekitar jam 10 pagi, didahului oleh pengantar yang disampaikan oleh Bapak KH. Drs. Ahmad Sajid, MM. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapan agar pengalaman yang disampaikan oleh tim Bank Sampah WPL dapat menjadi bekal bagi warga Pondok Pesantren untuk melakukan pengelolaan sampah yang baik. Acara pelatihan diikuti oleh perwakilan pengurus OSIS Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, karyawan bidang kebersihan, perwakilan guru serta pembina santri.

Sesi Pertama oleh bpk Baron Noorwendo

Pada sesi pertama, Tim Bank Sampah WPL menyampaikan materi tentang,
1.     Definisi sampah.
2.     Pengetahuan tentang material sampah.
3.     Dampak sampah terhadap lingkungan.
4.     Merubah persepsi dan perilaku terhadap sampah.
5.     Memperlakukan sampah sebagai bahan baku.
6.     Teknik memilah sampah.
7.     Membangun siklus manfaat sampah.
8.     Membangun partisipasi warga pesantren dalam mengelola sampah.

Dalam diskusi disepakati setiap orang bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkannya. Diskusi cukup meluas saat membahas tentang material plastik. 

Pemahaman pada kode recycle (recycling code) akan memudahkan kita untuk memilih bahan plastik yang layak digunakan. Fungsi kode recycle antara lain:
1.     Menunjukkan senyawa kimia material plastik.
2.     Petunjuk tentang jenis plastik yang aman digunakan sebagai wadah makanan.
3.     Petunjuk tentang jenis plastik yang boleh digunakan secara berulang.
4.     Memudahkan pemilahan untuk proses daur ulang (recycle).
5.     Memberi pemahaman tentang dampak plastik jika berinteraksi dengan alam, seperti jika tertanam di tanah, terendam di air dan jika dibakar.



Pada sesi kedua, diskusi diawali dengan metode memanfaat sampah sebagai bahan baku. Cara memanfaatkan bahan baku meliputi recycle dan upcycle. Recycle adalah upaya mengolah bahan baku menjadi bentuk dan fungsi yang sama, misalnya gelas plastik bening diolah menjadi gelas plastik bening lagi. Sedangkan upcycle adalah upaya mengolah bahan baku menjadi bentuk dan fungsi yang berbeda, misalnya menjadi produk kerajinan. Diskusi tentang upcycle menjadi menarik karena ketertarikan peserta pada upaya pemasaran produk ekonomi kreatif.


Demo Komposter Osaki oleh ibu Sri Wulan Wibiyanti


Di paruh kedua, Tim Bank Sampah WPL menyampaikan metode mengolah sampah organik. Tim menyampaikan lima metode mengolah sampah organik, yaitu biopori, penumpukan, komunal, Osaki dan 2 in 1.

 Komposter 2 in 1

Peserta tampak antusias saat diperagakan cara membuat komposter Osaki dan 2 in 1. Komposter Osaki menjadi menarik karena dapat dibuat dari kardus bekas, murah serta tidak berbau ataupun berbelatung. Komposter 2 in 1 menarik  perhatian karena bisa menghasilkan pupuk organik cair dan juga pupuk padat. Sebagai tambahan, tim juga menyampaikan cara membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dari tape singkong. (BN).
WPL siap bermitra. HP/WA 081294742033.

Thursday, August 20, 2015

SERU...! Workshop Pengolahan Sampah dan Pengelolaan Bank Sampah Bersama Tim Bank Sampah WPL


Selama dua hari berurutan, Rabu dan Kamis, 19 dan 20 Agustus 2015 menjadi sangat istimewa bagi warga Kelurahan Cakung Barat. Selama dua hari, sebanyak 32 orang orang perwakilan dari 8 RW di lingkungan Kelurahan Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, berkesempatan mengikuti Workshop Pengolahan Sampah dan Pengelolaan Bank Sampah yang diselenggarakan oleh PT. Jalantol Lingkarluar Jakarta (PT. JLJ). Program ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial PT. JLJ terhadap masyarakat, khususnya yang berdomisili di sekitar koridor Jalan Toll Outer Ring Road (JORR) Jakarta. Acara ini merupakan rangkaian lanjutan sosialisasi Pengolahan Sampah dan Pengelolaan Sampah yang telah dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2015 yang lalu.
Tim Bank Sampah WPL mendapat kepercayaan dari PT. JLJ untuk menjadi narasumber pada  workshop ini. Sebagai sampah yang berkonsentrasi terhadap upaya merubah pola pikir (mindset) dan perilaku masyarakat terhadap sampah,kepercayaan ini tidak disia-siakan oleh Tim Bank Sampah WPL. Dipimpin oleh bapak Baron Noorwendo, tim mempersiapkan materi sedemikian rupa yang bertujuan membuat para peserta memiliki semangat memanfaatkan sampah sebagai bahan baku. 



Workshop dua hari ini dibagi menjadi empat sesi.
Hari Pertama.
Sesi ke 1 hari pertama diisi dengan paparan materi untuk membangun pola pikir dan perilaku para peserta dalam memandang dan menangani sampah. Agar memberi manfaat bagi manusia, maka sampah harus diperlakukan sebagai bahan baku. Fakta menunjukkan bahwa sekitar 80% - 90% sampah yang kita hasilkan ternyata masih dapat dimanfaatkan lagi.
 Pemanfaatan sampah sebagai bahan baku juga memberikan konstribusi besar terhadap penghematan penggunaan sumber daya alam seperti minyak bumi, batu bara, hutan, air dan udara. Upaya pemanfaatan sampah secara kreatif di lingkungan juga merupakan cikal bakal program produktif di lingkungan tempat tinggal kita.


Sesi ke 2 hari pertama diisi dengan menyampaikan 4 metode sederhana untuk mengolah sampah organik. Keempat metode yang disampaikan adalah
1.     Metode penumpukan
2.     Metode komunal
3.     Metode Osaki
4.     Metode 2 in 1
Untuk memberikan pengalaman seru mengolah sampah organik, sesi ke 2 juga diisi dengan praktek membuat komposter Osaki. Para peserta, perwakilan PT. JLJ maupun staf kelurahan menyambut baik praktek komposter Osaki ini.
Komposter Osaki adalah sebuah metode komposting yang menggunakan peralatan yang sederhana, mudah didapat, bisa dibuat sendiri, berusia panjang dan murah. Prosesnya sangat mudah dan praktis untuk pengolahan sampah organik skala rumah tangga.




Praktek pembuatan komposter Osaki

Hari kedua.
Sesi ke 1 hari kedua diisi dengan praktek membuat kerajinan dari bungkus plastik saset. Kepada peserta disampaikan keterampilan dasar membersihkan, memilih motif, menganyam dan menjahit bahan baku plastik saset menjadi produk-produk kreatif yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Setiap peserta diberikan 1 set alat dan bahan untuk membuat 2 jenis kerajinan. Keseruan dan kehebohan terjadi di antara peserta dan instruktur dari Bank Sampah WPL. Para peserta benar-benar memanfaatkan kesempatan untuk bertanya berbagai hal tentang keterampilan yang diajarkan. Beberapa peserta menyampaikan keinginan untuk dapat menjadi pengrajin profesional.

 Membuat kerajinan dari plastik kemasan



Sesi ke 2 hari kedua diisi praktek membuat kerajinan dari bahan kertas bekas.. Instruktur di sesi ini adalah Bang Ucok dan Aa Fadil dari Enigami. Tim enigami menyampaikan teknik menggulung untuk memanfaatkan kertas HVS bekas. Juga disampaikan cara menggunakan lem yang efisien serta finishing dengan menggunakan cat. (BN).




WPL siap bermitra. HP/WA: 081294742033